Senin, 29 Desember 2014

Sejarah Adidas Predator 2011-2014



Sepatu sepakbola mengalami perkembangan setiap tahunnya dan menjadi lebih baik. Sepatu klasik milik adidas ini pun berkembang dari sepatu yang mengedepankan kekuatan menjadi sepatu serba bisa: membantu pemain dalam kontrol bola, mengumpan dengan akurat, dan menembak ke gawang dengan bobot sepatu yang tidak terlalu berat.

AdiPower Predator (2011)
Dirilis pada bulan Mei 2011, adiPower Predator mulai menandai obsesi adidas untuk mengurangi bobot sepatunya. Sol Sprintframe super ringan namun kuat yang identik dengan lini sepatu speed adidas, Adizero, pertama kali disematkan pada Predator ini. Sprintframe membuat adiPower Predator lebih ringan 25% dari pendahulunya, Predator X.  Meski demikian teknologi Predator X, yakni Powerspine tetap dipertahankan pada model ini. Elemen Predator pada sepatu ini dibagi menjadi dua zona. Sirip 3D yang memberi tambahan kekuatan dan plastik silikon yang menambah kendali pada bola serta membuat arah bola sulit ditebak.

AdiPower Predator SL (2011)
Trend permainan bola yang mendewakan kecepatan membuat adidas bereksperimen dengan si Predator. Adidas pun mendorong batas bobot Predator dengan meninggalkan lapisan kulit dan menggantinya dengan material SprintSkin. AdiPower Predator SL menjadi Predator terringan yang pernah diproduksi. Bobotnya hanya mencapai 211 gram. Ide penyatuan speed dan power dalam sebuah sepatu sepertinya kurang populer karena amat jarang kita melihat pemain yang mengenakan sepatu ini di lapangan.

Predator LZ (2012)
Adidas mencoba untuk menggabungkan unsur kecepatan, kekuatan, dan kontrol pada Predator ini. LZ, singkatan dari Lethal Zones, merupakan teknologi panel karet yang terbagi menjadi lima area pada sepatu ini. Kelima zona tersebut ialah first touch, dribbledrive, pass, dan sweet spot. Predator LZ  merupakan Predator pertama yang menggunakan kulit sintetis dan sistem miCoach yang mampu memonitor performa pemain.

Predator LZ 2 (2013)
Masih dengan konsep Lethal Zones, adidas hanya memberikan sedikit perubahan pada model ini. Zona-zona yang ditandai oleh panel karet diubah sedikit desainnya namun tetap memiliki prinsip dan fungsi yang sama dengan Predator LZ pendahulunya. Fitur lainnya ialah teknologi HybridTouch yang membuat Predator LZ 2 dapat berfungsi sama baiknya dalam berbagai kondisi cuaca.

Predator Instinct (2014)
Inilah bentuk evolusi terakhir dari sebuah Predator. Diluncurkan pada tahun ke-20 sejak model pertama, Predator Instinct memperbaiki konsep Lethal Zones yang diwariskan model sebelumnya. Ia diperkenalkan pada event akbar sepak bola, Piala Dunia 2014 di Brazil, dengan konsep Battle Pack. Fitur signifikan yang dimiliki oleh Predator Instinct ialah sol yang lebih fleksibel sehingga mempermudah pemain untuk bergerak dan berubah arah secara spontan.
Demikian akhir dari ulasan mengenai sejarah adidas Predator. Bagaimana menurut anda? Tepatkah taktik adidas untuk mengubah haluan dari sepatu “penembak” menjadi sepatu “all-round”?

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar